Nama lengkap saya St. Musdalifah Ahmad tetapi orang-orang
biasa memanggil saya Iffah. Kata “St” berasal dari Ibu saya tercinta dan kata
“Ahmad” diambil dari nama Ayah saya. Ibu saya bernama Hj. St. Rahmah Latif dan
Ayah saya bernama Drs. H. Ahmad Hasyim. Saya anak terakhir dari empat
bersaudara. Saudara saya semuanya perempuan dan dua dari kakak saya sudah ada
yang menikah. Saya lahir ke bumi ini pada tanggal 19 April 1991 tepatnya Jumat
malam saat azan magrib berkumandang. Tentu saja dengan tangisan yang dahsyat
membuat bayi imut ini telah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa. Saat ini usia
saya telah genap 20 tahun. Memang agak berbeda dengan usia teman saya yang lain
di mana usia mereka rata-rata 19 tahun. Hal ini dikarenakan Ayah dan Ibu
terlambat menyekolahkan saya sehingga usia saya berbeda dengan teman sekelas
saat duduk di bangku SD. Akan tetapi, hal itu tidak membuat saya merasa canggug
dengan mereka karena saya menganggap mereka adalah teman tanpa harus melihat
batasan usia.
Sewaktu kecil, saya sangat senang menggambar. Saya pernah
mengikuti lomba menggambar dan mendapatkan juara pertama. Pada saat itu, Ayah
dan Ibu sangat bangga kepada saya karena saya mampu berprestasi dengan bakat
yang kumiliki. Saya juga selalu mendapatkan juara kelas saat duduk di bangku
Sekolah Dasar. Namun, pernah sesekali peringkat saya turun yang membuat saya
sangat kecewa dan sedih. Saya pernah tidak masuk sekolah selama seminggu karena
sakit sehingga banyak pelajaran yang tertinggal. Ayah dan Ibu selalu mendukung
saya dan memberikan dorongan serta doa yang membuat saya akhirnya bangkit dari
keterpurukan
Saat kelas 5 SD, saya pernah mengikuti lomba senam
kebugaran “Poco-poco”. Kami beranggotakan 6 orang dalam kelompok. Guru olahraga
kamilah yang mengajarkan saya dan teman-teman untuk gerakannya. Awalnya sedikit
aneh, tetapi lama kelamaan menjadi seru dan asyik. Setiap hari kami harus
berlatih untuk menghapal gerakan dan posisinya sebelum perlombaan. Pelatih kami
sangat hebat dalam hal senam dan olahraga. Beliau pernah mengikuti perlombaan
di luar negeri dan membawa piala berukuran jumbo ke Indonesia. Saya sangat
bangga bisa dilatih olehnya. Kami harus bekerja keras agar dapat menjuarai
perlombaan tersebut. Akhirnya, setelah perjuangan yang panjang kami mendapatkan
juara pertama di setiap perlombaan selama enam kali berturut-turut. Saya sangat
bahagia karena saya dan teman-teman bisa membawa nama sekolah dengan prestasi
yang sangat memuaskan.
Pernah suatu hari, di sekolah diadakan acara maulid yang
mengharuskan siswa memakai pakaian muslimah, tetapi saya tidak mengetahui akan
hal itu sehingga pada keesokan hari saat saya berangkat ke sekolah, teman-teman
menertawakan saya karena memakai pakaian olahraga di mana pada hari itu saya memang
memilki jadwal olahraga. Hal itu membuatku malu karena semua teman saya memakai
pakaian muslimah sedangkan saya tidak. Untung saja ada teman saya yang baik
hati meminjamkan bajunya untuk saya yang kebetulan rumahnya terletak tidak jauh
dari sekolah. Saya sangat berterima kasih padanya dan akhirnya kami
bersama-sama berangkat ke sekolah.
Jika membahas masalah asmara, saya pernah mengingat
kejadian sewaktu SMP dulu. Saat kelas 1 SMP, saya pernah ditembak oleh seorang
teman cowok yang sekelas dengan saya. Dia memberi saya dua batang coklat dan menyimpannya
di bawah laci meja tanpa sepengetahuan saya. Saya baru menyadarinya saat pulang
sekolah. Kemudian saya begitu terkejut ketika melihat dua batang coklat yang
berada di laci meja. Dan pada saat saya menanyakan siapa yang menaruhnya,
tiba-tiba dia menghampiri saya lalu mengatakan perasaannya. Saat itu, saya
begitu terkejut lalu teman yang lain bersorak riang meminta saya untuk
menerimanya. Akan tetapi, saya menolaknya karena usia kami belum pantas untuk
berpacaran dan orang tua saya juga melarang hal itu. Itu membuatnya terlihat
kecewa akan keputusan yang saya berikan namun dengan berlapang dada dia masih
ingin berteman dengan saya.
Fokus saya saat itu adalah ingin meraih prestasi agar
bisa mencapai cita-cita saya mejadi seorang dokter. Akhirnya, dengan perjuangan
yang keras saya bisa mendapatkan peringkat pertama dan juara satu umum di
sekolah dari kelas 1 SMP sampai dengan kelas 3 SMP dengan nilai-nilai yang
sangat baik. Tidak kalah dengan waktu SD, SMP pun saya mengikuti lomba senam
kebugaran, tetapi bukan poco-poco lagi. Hal itu membuatku teringat dengan
teman-teman dan pelatih saat masih SD. Namun kali ini, kami tidak mendapatkan
juara yang diharapkan, tetapi kami masih merasa senang karena dapat
mempersembahkan yang terbaik buat nama sekolah kami.
Pernah suatu hari, saya dan teman sekelas pergi untuk
memberi dukungan kepada teman kami yang mengikuti lomba bulutangkis di tingkat
kota Makassar. Dan pada saat itu, kami lupa bahwa besok ujian sejarah akhirnya kami
menjadi kewalahan untuk mengerjakannya sehingga kami semua remedial ujian
sejarah. Guruku sempat heran karena baru pertama kalinya saya mendapatkan nilai
yang jelek pada ujian sejarah. Beliau sempat bertanya kepada saya apa
penyebabnya dan saya akhirnya menjelaskan alasannya. Untung saja guru saya itu
sangat baik sehingga saya dan teman-teman diluluskan pada ujiannya karena
kebetulan dia sangat suka dengan bulutangkis jadi dia mendukung kegiatan kami.
Akhirnya setelah tiga tahun duduk di bangku SMP, saya
lulus di SMA dengan teman-teman baru yang pastinya lebih menarik. Kenangan masa
SMA tidak kalah serunya waktu SMP karena pada masa ini kepribadian saya menjadi
jauh lebih baik dari sebelumnya. Masuk SMA saya sudah mulai mengenakan jilbab
dan mengikuti kegiatan rohis yang diadakan di sekolah. Saya pernah mengikuti
lomba olimpiade matematika dan fisika saat kelas 2 SMA. Alhamdulillah saya
masuk juara 2 tingkat nasional untuk olimpiade matematika dan dikirim ke
Jakarta untuk bersaing dengan siswa lain di tingkat internasional. Butuh
perjuangan keras untuk mendapatkan prestasi itu. Saat kelas 3 SMA, saya begitu
sibuk dengan belajar karena sudah mendekati ujian nasional. Hatiku berdebar-debar
memikirkannya. Hari pertama ujian nasional sungguh menegangkan. Di depan pintu
gerbang para guru memeriksa siswa satu persatu sebelum masuk. Sebuah kejadian
lucu tejadi di mana seorang siswa saat diperiksa oleh seorang guru lalu ia
ditanya apakah dia membawa handphone ke sekolah kemudian siswa mengatakan bahwa
dia tidak membawanya. Setelah diperiksa, guru itu pun akhirnya menyuruh dia
masuk ke kelas, tetapi saat dia mengambil tasnya terdengar bunyi dering telepon
yang sangat mengejutkan kami. Guru kami pun bertanya, “Di mana asal suara itu?”
lalu guru sempat mengecek siswa yang baru saja diperiksa olehnya dan sungguh
mengejutkan bahwa siswa itu menyimpan handphone di celana dalamnya. Guruku
sangat marah karena dia telah berhasil dibohongi oleh seorang murid yang begitu
ceroboh menyimpan handphone hingga di celana dalamnya. Siswa lain yang ada di
tempat kejadian tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu karena siswa tadi
berusaha untuk mengeluarkan handphone dari celana dalamnya, tetapi ia tidak
bisa karena para guru sedang menahannya.
Kejadian tersebut ada manfaatnya juga karena setelah
peristiwa itu saya jauh lebih tenang untuk menghadapi ujian nasional. Alhamdulillah
saya lulus dengan nilai yang sangat baik. Setelah ujian nasional selesai, saya
pergi untuk mendaftarkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi di universitas
faforit saya yaitu Unhas. Tentu saja pilihan pertama saya adalah kedokteran dan
untuk mencapai hal itu saya perlu belajar lebih giat. Akhirnya dengan usaha
yang keras, saya lulus di kedokteran Unhas tetapi Ibu saya ingin agar saya
masuk di keperawatan Unhas karena selain lapangan pekerjaannya luas, ia ingin agar saya menemani kakak saya yang juga
kuliah di keperawatan Unhas. Kakak pertama dan kedua saya adalah seorang dokter
dan kakak ketiga saya adalah seorang perawat jadi, Ibu saya ingin agar dua
dokter dan dua perawat agar seimbang. Tentu saja karena saya ingin menjadi anak
yang baik maka saya memenuhi permintaan Ibu dan akhirnya di sinilah saya
seorang mahasiswa keperawatan Unhas.
Saya sangat kecewa akan keputusan saya sendiri dan saya
sempat mencoba untuk mengikuti SNMPTN lagi karena saya masih merasa tidak
nyaman berada di keperawatan. Hal itu sempat saya tanyakan kepada Ayah dan Ibu
tetapi awalnya mereka tidak setuju akan usulan saya. Akan tetapi, karena dengan
beberapa bujukan dari saya, mereka akhirnya membiarkan saya mengikutinya. Saya
pun mengikuti SNMPTN tahun 2011 dengan beberapa teman di keperawatan.
Alhamdulillah saya lulus lagi di kedokteran Unhas untuk yang kedua kalinya,
tetapi saat saya ingin mendaftar ulang seorang kakak saya mengatakan bahwa ia
sungguh kecewa kepada saya karena saya belum dewasa dalam menyikapi masalah.
Saya seharusnya menerima takdir saya di keperawatan meskipun pada awalnya saya
lulus di kedokteran, tetapi saya sendirilah yang melepaskannya. Kalau saja saya
lebih dewasa mungkin saja pada saat itu saya menolak kemauan Ibu saya untuk
pindah di keperawatan karena saya sudah dewasa dan patut memilih mana yang baik
buat diri saya sendiri sehingga kejadian ini tidak mungkin terjadi. Setelah
mendengar kata-kata dari kakak saya, akhirnya saya menyadari akan kesalahan
saya. Sehingga saya melepaskan kedokteran lagi untuk kedua kalinya dan tetap
memilih keperawatan sebagai pilihan pertama saya. Kali ini saya tidak menyesal
akan pilihan saya dan saya mulai menerima diri saya sebagai seorang mahasiswa
keperawatan Universitas Hasanuddin 2010.
-TERIMA KASIH-
0 komentar:
Posting Komentar